makalah Akne Vulgaris

BAB  I

PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang
Aknevulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Umumnya insiden terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada wanita dan 16 – 19 tahun pada pria. Penyebab dari akne vulgaris ini ada bermacam- macam diantaranya stress, ras, hormonal cuaca dan lain – lain. Penyakit ini cukup merisaukan karena berhubungan dengan depresi dan ansietas yang mana dapat mempengaruhi kepribadian, emosi, kesan diri dan harga diri, perasaan isolasi sosial dan kemampuan untuk membentuk hubungan (Ahmed S, Ahmed I 2007).
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum di derita oleh masyarakat. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat mengenai prevalensi akne vulgaris di seluruh penjuru dunia. Di Inggris, 85 % dari penduduk usia 12-24 tahun menderita akne vulgaris
(Ismail, 2012). Data yang hampir serupa didapati pada sebagian besar dunia barat. Di Afrika sendiri,melalui sebuah studi cross sectional, didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja cukup tinggi yaitu sebesar 90,7% (Husein,2009). Untuk Asia, beberapa data yang bisa diperoleh menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi juga. Sebuah penelitian epidemiologi di Jepang memperoleh prevalensi sebesar 58,6% remaja menderita akne vulgaris (Nobukazu
dkk , 2001). Di Cina, tepatnya distrik Zhou Hai Provinsi Guangdong, mendapati prevalensi sebesar 53,5% remaja (Wu TQ ,2007). Di Malaysia prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 67,5 % (Hanisah,A dkk , 2009). Di Indonesia sendiri belum banyak data mengenai prevalensi akne vulgaris di tengah mayarakat Indonesia.
Pada masa remaja, Akne Vulgaris lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita.
Sedangkan pada dewasa Akne Vulgaris lebih sering pada wanita dari pada pria. Akne tidak hanya terbatas pada kalangan remaja saja, 12% pada wanita dan 5% pada pria diusia 25 tahun memiliki Akne. Bahkan pada usia 45 tahun, 5% pria dan wanita memiliki Akne. Lesi awal akne mungkin mulai terlihat pada usia 8-9 tahun dan kurang lebih 50-60% terdapat ada usia remaja. Puncak insiden pada usia 14-17 tahun dijumpai pada wanita sedangkan usia 16-19 tahun pada pria (Fulton, 2010: Cuncliffe et al, 2007). Pada remaja yang berjerawat stimulasi androgenik
akanmeningkatkan daya responsif kelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika duktus pilosebasea tersumbat oleh tumpukan sebum (Smeltzer, 2001).


1.2     Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apa definisi dari acnevulgaris dan citra tubuh? 
  2. Bagaimana etiologi,gejala, komplikasi hingga penatalaksanaan pada acne vulgaris? 
  3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan acne vulgaris?


1.3    Tujuan

Berikut beberapa tujuan makalah ini: 
  • Mahasiswa mampu memahami bagaimana acne vulganis, mengenali penyebab, gejala,komplikasi dan penatalaksaan
  • Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan integument pada klien dengan acne vulgaris, tidak hanya pada kebutuhan fisiologis klien tetapi juga psikologis klien dengan citra tubuh     
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.    Definisi Akne Vulgaris 

                  Akne Vulgaris (AV) adalah penyakit swasirnaberupa peradangan menahun pada unit folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja. Gambaran klinis AV sering pleimorfik, yaitu berupa papul, pustul, nodul, dan jaringan parut (Zaenglien et al, 2010). Akne Vulgaris dapat terjadi di wajah, leher, dan lengan atas. Akne Vulgaris biasanya timbul pada masa pubertas dan merupakan tanda awal peningkatan produksi hormon seks (Anwar, 2013).


Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung.Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustule atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2002).

2.2.       Etiologi

Akne vulgaris adalah penyakit yangdisebabkan multifaktor, menurut Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja danPermasalahannya 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:

1.      Faktorgenetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadapkemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwaakne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.
2.    Faktorras.
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.
3.    Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.
4.    Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.
5.    Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.
6.    Lingkungan.
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
7.    Stres.
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat
(Thiboutot, 2008).


Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah
1)      Keratinisasi yangabnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin didalam lumen.
2)      Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004).
3)      Proliferasi proprionebacteriumakne dalam folikel.
4)      Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).


2.3.       Klasifikasi Komedo


Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan bakteri.
Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:
1.      Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium pilosebasea patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami radang.
2.      Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrate radang terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang mencair (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).


2.4.       Gejala klinis
Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi: komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).


Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalahkeluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papulmiliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitammengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (blackcomedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih
karena letaknya lebih dalamsehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedotertutup (white comedo, close comedo) (wasitaatmadja, 2007)


2.5.       Derajat Akne.


Menurut wasitaatmadja (1982) dalam Djuanda (2003) di Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:


1.      Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada satu predileksi.


2.      Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa lesi tak beradang lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada satu predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi.


3.      Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, banyak lebih beradang pada satu atau lebih predileksi.



Tabel 1 Derajat akne vulgaris: (Strauss J.S et al,2007)



Akne
ringan



Komedo <20, atau
lesi inflamasi <15, atau total lesi <30



Akne
sedang



Komedo 20-100 atau
lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125



Akne
berat



Kista >5 atau
komedo >100, atau lesi inflamasi >50, atau total lesi >125





2.6.       Komplikasi Akne Vulgaris


Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir semua lesi acne akan  meninggalkan akula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh. Pada warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan berbulan- bulan setelah lesi acne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya scar pada beberapa individu. Selain itu, adanya acne juga menyebabkan dampak psikologis. Dikatakan 30–50% penderita acne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya akne.


2.7.       Patofisiologi


Jerawat merupakan proses inflamasi kronik pada kelenjar sebasea, yang sering dialami oleh remaja dan dewasa muda dan akanmenghilang dengan sendirinya pada usia 20-30 tahun. Walaupun demikian ada banyak kasus orang setengah baya yang mengalami akne. Akne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum.


Pada system hormone, hormone androgen adalah perangsang sekresi sebum, sedangkan estrogen mengurangi produksi sebum. Suatu awitan mendadak serangan akne yang disertai hirsutisme dan / atau kelainan menstruasi mungkin menunjukkan adanya gangguan endokrin
pada pasien wanita. Akne pada wanita berusia sekitar 20-an. 30-an, dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya minyak dan menimbulkan komedo.


Faktor-faktor mekanik, seperti mengusap, tekanan friksi, dapat juga mencetuskan akne. Obat-obatan juga dapat mencetuskan akne. Kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk mengobati penyakit lain (seperti lupus eritemasus sistemik atau transplan ginjal) dapat menimbulkan putula di permukaan kulit wajah, dada, dan punggung. Kontrasepsi oral biasanya dapat membantu pengobatan akne karena mengandung estrogen. Akan tetapi, pada beberapa wanita, kontrasepsi oral justru dapat memperburuk keadaan. Obat-obatan lain yang diketahui dapat mempercepat atau memperberat akne adalah bromide, yodida, difetonin, litium, dan hidrazid asam isonikotinat.



2.8.        Pathway Akne Vulgaris dan Citra Diri




2.9.       Penatalaksanaan


Tujuan utama dalam penatalaksanan ini adalah untuk mengurangi koloni bakteri, menurunkan aktivitas kelenjar sebasea, mencegah agar folikel tidak tersumbat, mengurangi inflamasi, memerangi infeksi sekunder, meminimalkan pembentukan jaringan parut dan mengeliminasi faktor-faktor predisposisi terjadinya akne (Smelter, 2001).


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan akne, yaitu:


a)    Perhatian terhadap keadaan emosional remaja tidak boleh diabaikan


b)   Pengobatan perlu waktu beberapa bulan dan pengobatan topical sering menyebabkan akne lebih parah dalam 3-4 minggu


c)    Diet makanan tidak meningkatkan keparahan akne sehingga pembatasan diet tidak
diperlukan, kecuali pada penderita yang mengeluhkan penyakitnya memburuk setelah mengkonsumsimakanan tertentu


d)   Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik Penderita wanita perlu diperiksa adanya
histurisme, alopsia dan obesitas. Perlu ditanyakan tentang siklus menstruasi danpenggunaan pil kontrasepsi oral (Soetjiningsih, 2004).


Pengobatan akne dibagi menjadi medikamentosa dan non medikamentosa lain.


2.9.1. Medikamentosa terdiri dari :


a.       Pengobatan topikal


Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris seperti Eritromycin dan Clindamycin anti peradangan topikal dan lainnya seperti asam laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik. Benzoil Peroksida memiliki efek anti bakterial yang poten .Retinoid topikal akan menormalkan proses keratinasi epitel folikuler, sehingga dapat mengurangi komedo dan menghambat terbentuknya lesi baru.


b.      Pengobatan sistemik


Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.



2.9.2. Non Medikamentosa
Nasehat untuk memberitahu penderitamengenai seluk beluk akne vulgaris. perawatan wajah, perawatan kulit kepala dan rambut, kosmetika, diet, emosi dan faktor psikosomatik.



2.10.   Definisi Citra Diri
Citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Keliat, 1992). Menurut Stuart dan Sundeen (1998) gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu..
Citra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri yang lain. Selain itu, citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato dan sebagainya (Alimul, 2008).
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas yaitu dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk kelompok. Ketika remaja mengalami masalah kulit (jerawat) mereka seringkali merasa kurang percaya diri ketika berhadapan dengan temannya. Banyaknya informasi serta interaksi yang dilakukan oleh remaja dengan temannya, maka akan mengakibatkan remaja tersebut tidak merasa tersingkirkan dari lingkungannya. Interaksi yang terjadi antara remaja dengan lingkungannya mempuyai kualitas yang berbeda-beda. Suatu interaksi dikatakan berkualitas, jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Menurut Litt (dalam Nelson 1999) respon kulit sebagai suatu ciri kelamin sekunder selama masa pubertas, menggambarkan peningkatan kadar androgen dengan bertambahnya ukuran dan sekresi folikel sebasea dan sekresi kelenjar apokrin, manifestasi yang paling sering di jumpai adalah timbulnya jerawat. Adanya akne dapat membuat hidup menjadi tidak menyenangkan, dan akne sering sekali terjadi pada orang-orang yang berusia belasan dan dua puluhan tahun, yang merupakan kelompok umur yang paling tidak siap menghadapi dampak psikologis akne. Bagian wajahlah yang paling sering terkena akne, dan bagi remaja wajah bernilai penting, yang berkaitan dengan pengembangan citra dirinya. Pada masa-masa ketika akne menyerang, hubungan utama selain dengan keluarganya dan lingkungan teman-teman sesama jenis yang erat menjadi semakin penting. Hendaknya disadari pula jika dampak psikologis dari akne tidakselalu berhubungan dengan derajat keparahan sebagaimana yang dianggap orangorang. Seorang anak muda bisa menghabiskan waktunya merenungi nasibnya dengan berlama-lama di depan cermin, tidak peduli apakah yang tampak di sana hanya beberapa bintik atau ratusan. (Graham dkk, 2005).





BAB 3
PEMBAHASAN



3.1.       Pengkajian


Pada pengkajian, penting untuk ditanyakan mengenai adanya program pengobatan akne atau pasien berusaha mengobati sendiri dengan berbagai produk komersial yang terdapat di pasaran.
Buat daftar lengkap yang memuat nama-nama preparat kosmetik, krim, obat pelembab kulit, dan preparat akne yang dibeli di toko-toko obat, serta baru saja digunakan oleh pasien harus diperoleh.
Dalam melakukan pengkajian anamnesis, perawat perlu menggali persepsi pasien mengenai faktor-faktor yang memicu peningkatan intensitas akne atau yang membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman, gesekan atau tekanan dari pakaian seperti kerah baju, helm, tali helm, atau pita kepala, atau trauma akibat upaya untu memijat keluar komedo dengan tangan. Adanya ketidaksesuaian atau kesalahan persepsi dari pasien tentang faktor-faktor tersebut dapat menjadi data dasar dalam memberikan intervensi keperawatan pada masalah keperawatan penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.
Pada pemeriksaan status lokalis kulit pasien diregangkan dengan hati-hati dan kemudian lesinya diinspeksi pada saat melakukan pemeriksaan jasmani. Komedo yang tertutup atau whitehead(yang merupakan precursor untuk terjadinya lesi inflamatori yang lebih besar) tampak seperti papula kecil yang agak menonjol. Komedo yang terbuka atau blackheadakan terlihat datar atau agak menonjol dengan pemadatan bagian tengah folikel.
Ciri-ciri lesi inflamatori (papilla, pustule, nodul, kista) harus dicatat.
Apabila lesi utama akne mengalami peradangan akan disertai papula, pustule, nodula, dan kista. Lesi nodulo-kistik yang mengalami peradangan dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus. Lokasi terutama pada muka, dada, dan punggung.


          Lakukan pemeriksaan untuk menentukan derajat akne (lihat table 1)


Tabel 1 Derajat akne vulgaris





Akne
ringan



Komedo <20, atau
lesi inflamasi <15, atau total lesi <30



Akne
sedang



Komedo 20-100 atau
lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125



Akne
berat



Kista >5 atau
komedo >100, atau lesi inflamasi >50, atau total lesi >125



(Strauss J.S et al, 2007)



3.1.1. Penatalaksanaan Medis


1.      Obat-obat topical
a)      Retinoid topical, meliputi :
·      Tretinoin (as.Retinoat) gel, krim, solusia : 0,02-0,1%
·      Isotretinoin gel
·      Adapalen gel, krim,solusio : 0,1%
·      Tazaroten gel, krim :0,05-0,1%


b)       Agen keratolitik
·      Sulfur 3-10%
·      As.Salisilikum
·      Resorsinol


c)      Agen antibiotic
·      Eritromisin gel, solusio 1%
·      Klindamisin gel, solusio 1%
·      Benzoil- peroksida gel 2,5-5%


2.      Obat-obat sistemik


a)      Agen antibiotic, anjuran pengobatan selama 3 bulan. Alternatif pengobatan, meliputi :
·      Tetrasiklin 3 x 250 mg/hr – 2 x 500 mg/hr
·      Doksisiklin 2 x 50-100 mg/hr
·      Lymecycline 1 x 150-300 mg/hr
·      Minosiklin 2 x 50 -100 mg/hr
·      Klindamisin 2-3 x 150 –300 mg/hr
·      Eritomisin 2-3 x 500 mg/hr
·      Linkomisin 2-3 x 250 – 500 mg/hr


b)      Terapi hormone
·      Siproteron asetat 2 mgdikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg


3.2.    Diagnosis Keperawatan


1.    Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif b.d pengetahuan yang tidak memadai mengenai keadaan tersebut (penyebab, perjalan penyakit, pencegahan, pengobatan, dan perawatan kulitnya).


2.    Gangguan citra tubuh b.d rasa malu dan frustasi terhadap tampilan dirinya.



3.3.    Rencana Keperawatan


3.3.1.      Diagnose 1


Penatalaksanaan
program terapeutik tidak efektif b.d pengetahuan yang tidak memadai mengenai
keadaan tersebut (penyebab, perjalanan penyakit, pencegahan, pengobatan, dan
perawatan kulitnya).



Tujuan :Terlaksananya
program terapi.


Kriteria Evaluasi :


-          Termotivasi untuk
melaksanakan program terapi secara komprehensif


-          Terpenuhinya
pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan, jadwal control ke dokter
ahli kulit, pencegahan, dan perawatan kulit.


-          Mengenal perubahan
gaya hidup/tingkah laku untuk pelaksanaan program terapi



Intervensi



Rasional



Kaji
tingkat pengetahuan pasien tentang akne vulgaris



Pengetahuan
tentang penyakit akne, program pengobatan akne yang rasional, jadwal control,
upaya pencegahan, dan perawatan kulit yang komprehensif dapat membantu
peningkatan proses penyembuhan.



Kaji
program pengobatan masa lalu dan tekankan untuk tidak mengobati diri sendiri
tanpa bantuan dokter ahli kulit



Pada
pengkajian penting yang ditanyakan tentang adanya program pengobatan akne
atau pasien berusaha sendiri mengobati dirinya dengan berbagai produk
komersial yang terdapat di pasaran.



Buat
daftar preparat yang digunakan pasien



Daftar
lengkap yang memuat nama-nama preparat kosmetik, krim, obat pelembab kulit
dan preparat akne yang dibeli di toko-toko obat, serta baru saja digunakan
oleh pasien harus diperoleh. Semakin lengkap daftar yang disusun akan
memudahkan ahli kulit untuk memberikan program pengobatan.



Nilai
persepsi pasien tentang akne vulgaris



Sebagian
besar pasien akne vulgaris mempunyai persepsi yang salah tentang bagaimana
cara dalam menurunkan kondisi akne sehingga kondisi ini dapat memicu
peningkatan intensitas akne atau yang membuat lesi semakin parah dengan
manifestasi pada infeksi kulit melalui lesi dari akne vulgaris.



Jelaskan
mengenai pentingnya pengobatan topical dan sistematik



Pemberian
pengobatan dirumah dibutuhkan untuk mengurangi kerusakan pada kulit.



Jelaskan
pentingnya istirahat






Seseorang
dengan akne vulgaris memerlukan nasihat untuk menghilangkan iritan eksternal
dan menghindari panas yang berlebihan serta perspirasi. Kebiasaan
menggaruk  dan menggosok bagian yang
gatal akan memperpanjang lamanya penyakit.



Tingkatkan
kepatuhan dan pemahaman akan terapi



Dengan
meningkatkan kepatuhan dan pemahaman akan terapi menurunkan intensitas akne
dan menurunkan risiko infeksi  kulit
pada le akne vulgaris. Perawat berupaya dengan memberikan penjelaskan bahwa
kondisi akne vulgaris tidak berhubungan dengan ketidakbersihan, kesalahan makan,
masturbasi, aktivitas seksual ataupun kesalahan konsep lainnya yang lazim
dijumpai. Upaya penjelasan yang diberikan perawat ini akan meningkatkan
kepatuhan pasien akan pelaksanaan terapeutik. Pasien harus mendapatkan
informasi dahulu mengenai potensi hasil akhir intervensi bedah elektif akne
sebelum tindakan tersebut dilakukan.



Anjurkan
pada pasien yang menggunakan antibiotic jangka panjang utnuk segera
memeriksakan diri bila ada perubahan.



Kepada
pasien wanita yang mendapatkan terapi antibiotic jangka panjang dengan
tetraksiklin harus disarankan untuk terus mengamati dan melaporkan
tanda-tanda, serta gejala kandidiasis oral tau vaginal, yaitu suatu infeksi
jamur mirip ragi.



Meningkatkan
cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik, Keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat, serta monitor status kesehatan dan adanya infeksi.



Meningkatkan
system imun dan pertahanan terhadap infeksi.



Identifikasi
sumber-sumber pendukung yang memungkinkan untuk mempertahankan perawatan
dirumah yang dibutuhkan.



Keterbatasan
aktivitas dapat mengganggu kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.



Kolaborasi
dengan dokter ahli kulit hasil pengkajian dan daftar preparat.



Memudahkan
dalam memberikan pengobatan secara topical dan sistemik.





3.3.2.      Diagnose 2


Gangguan
citra tubuh b.d rasa malu dan frustasi terhadap tampilan dirinya



Tujuan :Dalam
waktu 1 x 24 jam citra diri pasien meningkat.


Kriteria Evaluasi :
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi.



Intervensi



Rasional



Kaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.



Menentukan
bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.



Identifikasi
arti kehilangan atau disfungsi pada pasien.



Beberapa
pasien dapat menerima secara efektif kodisi perubahan fungsi yang dialaminya,
sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam menerima perubahan fungsi yang
dialaminya, sehingga memberikan dampak pada kondisi koping maladaptive.



Anjurkan
orang yang terdekat untuk mengizinkan pasien melakukan sebanyak-banyaknya
hal-hal untuk dirinya.



Menghidupkan
kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangkan harga diri, serta
memengaruhi proses rehabilitasi.



Dukung
perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas reahabilitas.



Pasien
dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu
masa mendatang.



Monitor
gangguan tidur atau adanya peningkatan kesulitan konsentrasi.



Dapat
mengindikasikan terjadinya depresi di mana memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.





3.4.       EVALUASI


1.      Mengembangkan peningkatan pemahaman terhadap masalah kulit.


a)    Meninjau gambaran lesi akne yang obstruktif dan inflamatori.
b)    Membaca brosur pendidikan pasien.
c)     Membaca brosur informasi produk dan instruksi tertulis tentang obat yang diresepkan.


2.      Mematuhi terapi yang diserapkan.


a)         Mengutrakan dengan kata-kata komitmen pasien pada terapi yang diperlukan yang dapat berlangsung  berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
b)         Mengekpresikan bahwa terapi harus terus berlanjut ketika kulit sudah bersih.
c)          Mengikuti progam pencucian muka.


3.      Mengembangkan kemampuan untuk menerima keadaan diri.


a)         Mengidentifikasi orang yang bisa diajak bicara.
b)        Mengenai masalah pasien.
c)         Mengekspresikan optimism tentang hasil akhir terapi.


4.      Memperlihatkan tidak adanya komplikasi.


a)         Melaporkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
b)         Menguraikan dengan kata-kata bahwa memegang dan memijit  jerawat /lesi akan
memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan sikatriks.


5.      Melaporkan tidak adanya sikatriks atau peningkatkan intensitas lesi dan mematuhi terapi. 



Daftar Pustaka
Bolognia J.L., Jorizzo J.L, Rapinin R.P.2003.Dermatology.Volume1.St.Louis:Mosby.
 
Jurnal Kesehatan Acne Vulgaris Universitas Sumatera Selatan.
 
Burd.2006.Impetigo.In:Lebwohi M.G., Heymann W.R., Berth-Jones J., et al. Treartment Of Skin Disease: Comprehensive Therapeutic Strategis. London: Mosby.
 

Related Posts:

0 Response to "makalah Akne Vulgaris"

Posting Komentar